Pages

Minggu, 12 April 2015

Berkunjung ke WAW (Wisata Agro Wonosari)

Wisata Agro Wonosari (WAW), mungkin untuk wisatawan dari daerah Malang, Pasuruan, dan Surabaya nama itu sudah tidak asing lagi. Wisata Agro Wonosari menawarkan pemandangan hamparan kebun teh seluas 100 hektar lebih. Kebetulan pada akhir bulan februari kemarin saya mendapat kesempatan untuk berkunjung disana berkat undangan dari PTPN XII Provinsi Jawa Timur. Salah satu agenda acaranya adalah memperkenalkan WAW ke masyarakat luas dalam rangka menumbuhkan minat masyarakat untuk berwisata alam. Tempat ini memang sangat cocok sekali untuk melepaskan penat diakhir pekan bersama keluarga maupun teman kerja setelah satu minggu beraktivitas. Berada di kaki gunung Argopuro tepatnya di daerah Lawang - Malang hawa di Wisata Agro Wonosari terbilang sejuk dan dingin. Di area WAW juga tersedia penginapan untuk para wisatawan yang ingin menginap, harganya pun cukup terjangkau. Selain itu disana juga tersedia fasilitas penunjang lain seperti area airsoft gun, area outbond, kebun binatang mini, jalur tracking kebun teh sampai kereta mini untuk berkeliling area kebun teh. Untuk tiket masuknya anda tidak perlu khawatir karena anda sudah bisa masuk ke WAW hanya dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000,- saja. Tentunya itu belum termasuk biaya untuk fasilitas lain. Untuk lebih hematnya pengelola WAW juga menyediakan berbagai jenis paket wisata mulai dari paket wisata edukasi sampai paket eksekutif dengan harga yang cukup terjangkau. So... kita perlu jauh-jauh lagi ke puncak hanya untuk menikmati wisata kebun teh. Di Jawa Timur juga ada kok sob. Semoga bisa menjadi referensi tujuan wisata anda semua.

"Srawung Kopi" Tempatnya Pecinta Kopi dengan Harga Terjangkau

Bagi para pecinta kopi di kota Jember saat ini gak harus pergi jauh-jauh lagi hanya untuk sekedar menikmati secangkir kopi. Sekarang di Jember sudah ada warung kopi yang menyediakan berbagai varian jenis kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Srawung Kopi begitu nama warung berada di Jl. Jawa tepatnya di sebelah warnet Maxima. Warung kopi ini menyediakan berbagai varian kopi dari mulai kopi Aceh Gayo, kopi Toraja, kopi Dampit dan berbagai varian kopi lainnya. Dari segi harga bisa dibilang warung kopi Srawung sangatlah terjangkau. Untuk kopi premium satu cangkirnya dibanderol dengan harga 6k saja. Sedangkan untuk Coffelatte di hargai 10k saja. Sangat terjangkau bukan jika dibandingkan dengan harga kopi yang sama di cafe - cafe ataupun Starbucks. Jadi buat para pecinta kopi di daerah Jember dan sekitarnya langsung aja merapat ke "Srawung Kopi" dan silahkan mencoba berbagai varian kopi uang ada disana.

Sabtu, 19 Juli 2014

Green Bay, Surga yang Tersembunyi

Green Bay, mungkin masih banyak orang bertanya apa sebenarnya Green Bay itu???
Tapi bagi warga Banyuwangi dan sekitarnya nama Green Bay atau Teluk Hijau mungkin sudah tidak asing lagi. Teluk Hijau berada dikawasan Taman Nasional Meru Betiri, salah satu kawasan konservasi alam yang ada dikabupaten Jember dan Banyuwangi.
Untuk bisa sampai kesana bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 maupun kendaraan roda 4 via Jajag. Selama diperjalanan anda akan disuguhi pemandangan perkebunan karet dan suasana desa yang cukup asri. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih 3-4 jam dari Jajag.
Sampai di pintu masuk kawasan Taman Nasional Meru Betiri anda akan disambut oleh petugas yang akan mendata identitas anda. Disini setip pengunjung wajib untuk melakukan registrasi sebelum masuk ke kawasan Taman Nasional Meru Betiri.
Setelah anda selesai registrasi anda bisa melanjutkan perjalanan menuju ke Teluk Hijau dengan menggunakan kendaraan atau bisa juga dengan berjalan kaki sekedar untuk menikmati suasana kampung nelayan yang ada disana.
Sampai dipelataran parkir anda masih harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju ke bibir pantai. Medan yang dilewati juga cukup menantang. Naik turun bukit dan melewati satu pantai dimana yang ada disana hanyalaj hamparan bebatuan. Pantai itu mendapat julukan Pantai Batu atau Rock Shore.
Sampai di Teluk Hijau anda pasti akan takjub dengan pemandangan yang disajikan. Hamparan pantai pasir putih yang luas, di apit oleh dua lereng bukit yang selama ini menyembunyikan pesona keindahannya serta dipermanis oleh laut yang berwarna biru kehijauan. Mungkin itulah salah satu alasan kenapa pantai itu disebut Teluk Hijau.
Suasana saat itu cukup ramai, mengingat saat itu bertepatan dengan libur panjang. Namun itu semua tak mengurangi keeksotisan pantai Teluk Hijau.
Satu hal yang cukup disayangkan disana, kurangnya kesadaran pengunjung untuk menjaga kebersihan. Banyak sampah berserakan dimana-mana. Untungnya masih ada sekelompok komunitas yang masih peduli akan hal itu, mereka menyebut dirinya Komunitas Pecinta Pariwisata Banyuwangi (KOPIWANGI). Mereka lah yang memungut sampah-sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung untuk selanjutnya mereka bawa pulang. Saya cukup salut akan kesadaran mereka akan potensi wisata yang ada di bumi Blmbangan itu. Good Luck Brother...!!!
Mungkin satu hal yang perlu  saya sampaikan disini "Jagalah alam saat ini untuk dinikmati anak cucumu nanti".
Demikian sepenggal catatan perjalanan saya, terima kasih sudah berkenan untuk membaca.
Salam Traveller...

Menanti munculnya sang mentari di bumi Blambangan

Waktu menunjukkan pukul 05.30 WIB saat aku sampai di pantai Boom, salah satu spot terbaik untuk melihat munculnya sang mentari dari ufuk timur
Suasana saat itu cukup ramai, beberapa ada yang bermain pasir pantai, ada yang foto bersama teman-temannya dan ada juga yang hanya sekedar duduk di bibir pantai.
Debur ombak terasa cukup kencang terdengar, mengingat saat itu bulan Juli dimana ombak pantai selatan lagi besar-besarnya.
Tepat pukul 05.40, sang mentari mulai terlihat. Sungguh suatu pemandangan yang sangat menakjubkan. Ini untuk yang kedua kalinya saya lihat sang mentari bangun dari peraduannya setelah sebelumnya saya lihat hal yang sama di lereng semeru. Sayang sekali cuaca saat itu kurang mendukung. Langit bumi Blambangan sedang tak bersahabat. Namun itu tak mengurangi keindahan pemandangan sunrise di pantai Boom.
Perlahan-lahan mentari semakin meninggi, hanya dalam waktu 15 menit saja, sang mentari sudah berada pada posisi sempurnanya. Sinarnya sudah nampak terasa.
Sejenak saya nikmati apa yang sudah tuhan sajikan buatku. Subhanallah, sungguh besar kuasanya. Bumi Blambangan memang pantas mendapat julukan Sunrise of Java.
Demikian sepenggal catatan perjalanan saya, terima kasih sudah berkenan untuk membaca.
Salam Traveller...